Kampung Madras, Little India-nya Kota Medan yang Berpayung Toleransi

 Februari 2020, media sosial dipenuhi dengan tagar #ShameonyouIndia sebuah tagar kecaman dari warganet terhadap intoleransi di India. Konflik berbau ras dan agama ini diklaim sebagai tindakan paling brutal dalam beberapa puluhan tahun terakhir ini, insiden ini sangat menyorot perhatian muslim dunia karena rasisme dan radikalisme telah diperaktikkan secara terang-terangan.

Hal ini juga menjadi tranding topic di media sosial twitter hingga tercatat lebih dari 40 ribu cuitan yang menggaungkan tagar #ShameonyouIndia. Tak hanya itu, komentar-komentar yang mengikutinya pun sangat bervariatif, dari yang benar-benar membela agama masing-masing, saling menetralkan suasana, sampai komentar yang menyebabkan akar-akar perpecahan. Dari hal ini sangat terlihat bagaimana kecerdasan seseorang dalam memainkan media sosial, menangkal berita hoax, dan lain sebagainya.

Persekusi Agama di Negeri Bollywood

Sesaat menilik tragedi di India, dilansir dari kanal website cnnindonesia.com kerusuhan India berdarah  terjadi di Ibu Kota India, New Delhi. Rusuh ini dipicu dari demonstrasi besar-besaran terkait UU kewarganegaraan yang kontroversial yang dinilai anti-muslim. UU tersebut terbilang diskriminatif karena terdapat pasal yang menerima pendatang dari negera konflik sekitar India, kecuali yang beragama muslim.

Nasib muslim minoritas di India semakin begitu terhimpit, bahkan sejak kemerdekaan India umat muslim telah menghadapi diskriminatif, prasangka, kekerasan sistematis, dan tindakan keji lainnya. Walaupun ada perlindungan secara konstitusional.

Persekusi agama ini menyebabkan kurang lebih 40 orang tewas serta ratusan lainnya luka-luka, tak hanya itu Masjid, rumah, dan bangunan lainnya pun turut menjadi sasaran amuk massa. Masifnya para korban, membuat kejadian ini dinilai sebagai tindakan bernuansa SARA paling brutal di India.

Memahami kerusuhan yang ada di India kita cenderung menilai dengan melihat di permukaan bahwa akar permasalahannya adalah agama. Berbondong-bondong masyarakat beropini bahwa dengan tragedi tersebut mengutuk India sebagai negara yang fasis dan ekstremis.

 Nampaknya, kejadian intoleransi masih saja memanas berkeliaran dibumi ini, sikap menghargai keberadaan kaum minoritas seakan semakin dianggap musnah. Tetapi, mari kita coba menelisik bahwa ada satu perkampungan di salah satu kota multikultural yang menjadi cerminan toleransi di Sumatera Utara. Yaps... kota Medan, kota multikultural yang sangat tinggi akan toleransinya. Keberagaman yang damai sangat amat terasa jika berada di kota ini, berbagai macam agama, suku, etnik, budaya, bahkan berbagai keturunan dari negera lain seperti China, Arab, India dan lain sebagainya bisa hidup rukun dan damai secara berdampingan di kota ini.

Ngomong-ngomong soal suku, ada salah satu perkampungan yang dikenal sebagai Little India-nya kota Medan. Di kampung ini, mayoritas penduduknya merupakan keturunan India Tamil yang sudah tinggal bertahun-tahun dan menetap di kampung tersebut.

Kedamaian Kampung Madras, Cerminan Toleransi Kota Medan

Kota Medan bak  sebuah taman bunga berwarna-warni. Beragam suku, ras, agama, hidup dan bersatu dengan indah. Semuanya hidup rukun tanpa memandang perbedaan antara mayoritas atau minoritas. Begitu pula halnya dengan kampung Madras, Etnis Tamil dari India juga majemuk mereka ada yang memeluk agama Hindu, Sikh, dan juga Islam. Hal ini dibuktikan dengan adanya Masjid Ghaudiyah yang letaknya hanya beberapa ratus meter saja dari kuil Shri Mariaman, ini adalah wujud toleransi antar umat beragama yang teramat saling menghargai.

Beberapa hari lalu, saya berkesempatan untuk mewawancarai salah satu milenial keturunan India yang paham akan bagaimana toleransi yang ada di kampung Madras. Sedikit berbincang dengan narasumber mengenai indahnya keberagaman dan perbedaan yang menjadi sumber kekuatan untuk menyatukan masyarakat yang damai, tentram, dan saling menghormati serta menghargai satu sama lain.

Saya sungguh terkesima ketika narasumber berpendapat bahwa kampung Madras sangat amat menjunjung keberagaman meski sudah bertahun-tahun hidup secara berdampingan, masyarakat kampung Madras tidak pernah mengalami konflik akibat perbedaan. Walaupun ada suatu permasalahan seperti  tragedi persekusi agama yang terjadi di India yang menyebabkan kerusuhan antara Hindu-Islam, tetapi perdamaian di Kampung Madras tetap terjaga dan tidak ada terjadi konflik, selisih paham, ataupun perpecahan. Padahal, masyarakat kampung Madras mendominasi agama Hindu-Islam.

Sejenak berfikir, bagaimana bisa masyarakat kampung Madras tidak terprovokasi terhadap kejadian kerusuhan yang ada di India tersebut? Mengingat, masyarakat kampung Madras adalah keturunan India, dan didalamnya mendominasi agama Hindu-Islam.

Yaa... pastinya, kampung Madras sangat menjaga sikap toleransi dan sikap saling menghargai, tak hanya itu saling bersilahturahmi antar umat beragama pun menjadi tiang keberagaman yang ada di kampung Madras.

Kuatnya toleransi dalam sosial dan agama juga mengiringi kampung ini, Menghormati dan menghargai antar pemeluk agama dan ikut meramaikan ketika salah satu agama menyelenggarakan upacara atau kegiatan keagamaan merupakan resep toleransi ala kampung Madras. Ketika rumah ibadah Hindu (India) akan menyelenggarakan perayaan seperti deepavali atau hari raya holi, maka umat agama selain Hindu akan membantu persiapan dan ikut menyemarakkan perayaan sebagai upaya saling menghargai dan menjaga darah toleransi.

Masyarakat Kampung Madras sangat mencintai keberagaman. Meski berbeda keyakinan seluruh masyarakat keturunan India di Kampung Madras tetap menjaga perbedaan itu dengan baik.

Mengingat tragedi kerusuhan antara umat Hindu-Islam di negeri India, tak menjadi penghalang bagi kampung Madras yang notabene masyarakatnya mayoritas Hindu-Islam untuk tetap menjunjung kedamaian toleransi. Toleransi agama Muslim dan Hindu juga terlihat harmonis di sini. Berada di kawasan yang sama, terdapat Kuil Shri Mariamman dan Masjid Ghaudiyah yang posisinya tidak terlalu jauh.

Indahnya perdamaian, semuanya hidup rukun tanpa memandang perbedaan antara mayoritas atau minoritas. Itulah sebabnya kampung Madras maupun kota Medan jarang sekali digoyang isu perpecahan atau bentrokan bernuansa SARA. Semua merasa saling memiliki dan tidak merasa tinggi atas golongan lain.

" Yang bukan saudaramu dalam iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan,"

(Ali bin Abi Thalib)


Author : Dina Ika Sintia (Finalis Essai AkadeMI 2020)

Referensi : https://m.cnnindonesia.com/internasional/20200228184012-113-479195/mengurai-benih-konflik-hindu-muslim-di-india

https://jauharoh.wordpress.com/2019/07/01/little-india-medan-kampung-madras/

Komentar

  1. Keren Kak tulisannya, jadi tertarik berkunjung ke kampung madras. Apa di sana ada objek wisafa juga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh banyak kak firdha😁 dikampung madras juga merupakan destinasi wisata di kota medan kak

      Hapus
  2. Keren Kak tulisannya, jadi tertarik berkunjung ke Kampung Madras

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Jadi Kabupaten Langkat Sumatera Utara, Sebuah Interpretasi Merawat Toleransi Keberagaman